Tingkatkan Partisipasi Pemilih Pemula, Bawaslu Manggarai Sosialisasi di SMKN 1 Sataramese
|
Ruteng, Bawaslu Manggarai – Sebagai upaya meningkatkan kualitas demokrasi serta meningkatkan partisipasi pemuda, khususnya pemilih pemula dalam mengawasi proses pemilihan umum, Bawaslu Kabupaten Manggarai kembali melakukan sosialisasi pengawasan partisipatif Sabtu (15/11/2025).
Kali ini Bawaslu menyapa para siswa di SMK Negeri 1 Satarmese yang terletak di Wae Cepang, Desa Terong, Kecamatan Satarmese Barat. Ketua dan Anggota Bawaslu Kabupaten Manggarai, Fortunatus Hamsah Manah dan Yohanes Manasye yang didampingi staf sekretariat, disambut hangat oleh Kepala Sekolah, Fransiskus Jehoda, para guru, dan para siswa di sekolah itu.
Fransiskus Jehoda mengatakan, SMK Negeri 1 Satarmese menyambut baik inisiatif Bawaslu. Edukasi soal pemilu, kata Frans, sangat penting diberikan kepada peserta didiknya agar mereka memahami hak dan tanggung jawabnya sebagai pemilih.
“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat membuka wawasan dan menumbuhkan karakter kritis para siswa. Mereka perlu tahu bahwa suara mereka menentukan masa depan bangsa,” katanya.
Ia mengajak para siswa agar mulai terlibat mendiskusikan demokrasi untuk Indonesia masa depan. Sebab, demokrasi sesungguhnya melibatkan seluruh warga negara dalam menentukan arah kebijakan pembangunan nasional.
Ia mengatakan, para siswa adalah calon pemimpin masa depan. Untuk itu, mereka harus mulai terlibat secara aktif dan sehat dalam mengawasi pemilu, termasuk mencegah dan melaporkan politik uang yang menyasar keluarga mereka.
"Kalian adalah calon pemimpin masa depan. Kalian semua akan dilibatkan untuk menentukan pemimpin. Ketika ada praktik politik uang, kalian semua wajib bersuara, mendokumentasikan, melaporkan dan jangan takut karena kalian juga dilindungi undang-undang dan negara," ungkap Frans dengan lantang.
Frans berharap, selain sosialisasi tersebut, akan ada banyak hal yang bisa dilakukan bersama oleh Bawaslu dan SMK Negeri 1 Satarmese agar siswanya memiliki kesadaran dan bekal pengetahuan untuk menumbuhkan demokrasi yang sehat di sekolah dan di lingkungannya masing-masing.
“Kepentingan kita sama, baik Bawaslu maupun sekolah. Hanya sekolah saja tempat satu-satunya bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, menyehatkan cara berpikir, termasuk berpikir dalam demokrasi," pungkas Frans.
Yohanes Manasye mengatakan upaya pencegahan pelanggaran pemilu tidak hanya berlangsung selama tahapan pemilu, tetapi juga pada masa nontahapan atau di luar tahapan pemilu. Saat ini, Bawaslu tengah mempersiapkan pengawasan pemilu nasional 2029.
Berkaca pada pengalaman pemilu dan pilkada 2024 lalu, di mana terjadi penurunan partisipasi pemilih, maka Bawaslu berusaha menjangkau lebih banyak pemilih rentan, seperti pemilih pemula. Ia meyakini, ketika pemilih mendapat akses informasi dan pengetahuan kepemiluan maka pemilih memiliki kesadaran untuk berpartisipasi.
"Bawaslu harus memperluas jejaring, melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka mendapatkan informasi penyelenggaraan pengawasan pemilu," ungkap Koordinator Divisi Hukum, Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyrakat (HP2H) itu.
Ia mengatakan Bawaslu ke sekolah untuk menjangkau kelompok pelajar, karena mereka adalah calon pemilih pemula. Mereka mesti mendapatkan informasi tentang pengawasan pemilu agar sadar akan pemenuhan hak pilihnya, termasuk hak untuk terlibat dalam pengawasan partisipatif demi mencegah pelanggaran pemilu.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Manggarai, Fortunatus Hamsah Manah dalam sosialisasinya mengatakan masa depan demokrasi Indonesia sangat ditentukan oleh generasi muda, sebab merekalah kelompok mayoritas pemilih.
Ia mengatakan partisipasi kelompok pemuda sangat menentukan kualitas demokrasi. Sebaliknya, kualitas demokrasi sangat menentukan masa depan pendidikan, ekonomi, lingkungan, dan karier generasi muda.
“Kalian para siswa perlu peduli karena sudah masuk usia pemilih, yang akan menjadi pemilih dalam waktu beberapa tahun ke depan,” ajak Alfan, sapaan akrabnya.
Ia juga mengingatkan para siswa sebagai bagian dari generasi era digital yang rawan terserang kabar bohong (hoaks) dan manipulasi informasi. Ia mengatakan, hoaks dan manipulasi juga merupakan ancaman demokrasi saat ini. Alfan mengharapkan agar para siswa menjadi agen perubahan yang kritis, melek teknologi, dan berani menyuarakan kebenaran.
Fotografer: Humas BKM
Penulis: Desta Gaudensius
Editor: John